Abstrak
Perkembangan pesat sistem komunikasi satelit multi-orbit telah menuntut terciptanya jaringan yang efisien dan andal guna memastikan kontinuitas konektivitas global. Mengingat pentingnya peran skema modulasi digital dalam menentukan kinerja dan rancangan sistem komunikasi satelit, penelitian ini bertujuan menganalisis sensitivitas anggaran tautan (link budget) terhadap beragam skema modulasi digital serta meninjau pengaruhnya dalam berbagai konfigurasi orbit. Analisis dilakukan dengan memodelkan skenario komunikasi satelit multi-orbit menggunakan parameter tautan khas dan mengevaluasi kinerjanya di berbagai kondisi kanal dan lebar pita. Pendekatan sensitivitas digunakan untuk mengukur dampak variasi modulasi terhadap margin tautan pada konfigurasi multi-orbit. Temuan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi perancang sistem komunikasi dalam menyeimbangkan kebutuhan kapasitas, efisiensi daya, serta keandalan transmisi, guna mendukung pengembangan sistem komunikasi satelit multi-orbit yang lebih tangguh dan adaptif.Perancangan aplikasi sistem komunikasi satelit kerap menghadapi tantangan akibat kompleksitas perhitungan link budget, yang memiliki peran krusial dalam menentukan kualitas sinyal. Beragam parameter teknis seperti daya pancar, rugi propagasi (path loss), penguatan antena, serta kondisi lingkungan menjadi kesulitan tersendiri bagi pengguna, terutama dalam memahami dan menghitung link budget secara tepat. Kesalahan pada tahap ini dapat berdampak serius, mulai dari penurunan kecepatan transmisi data hingga kegagalan layanan komunikasi.
1. Pendahuluan
Sistem komunikasi satelit memegang peranan penting dalam mendukung konektivitas global, terutama di wilayah yang tidak terjangkau oleh jaringan terestrial. Melalui penempatan satelit di orbit, komunikasi jarak jauh dapat dilakukan secara efisien tanpa bergantung pada infrastruktur fisik di permukaan bumi. Secara umum, satelit berfungsi sebagai stasiun penghubung di ruang angkasa yang menerima, memproses, dan memancarkan kembali sinyal komunikasi ke bumi [1]. Dalam arsitektur sistem komunikasi satelit, segmen ruang (space segment) terdiri dari satelit serta fasilitas pendukung di darat yang menyediakan fungsi telemetry, tracking, dan command (TTC), sedangkan segmen bumi (earth segment) meliputi stasiun bumi yang berfungsi sebagai titik antarmuka antara jaringan satelit dan sistem terestrial [4].
Perkembangan teknologi saat ini mengarah pada penerapan sistem multi-orbit, yang mengkombinasikan satelit di orbit geostasioner (GEO), orbit menengah (MEO), dan orbit rendah (LEO). Integrasi multi-orbit memungkinkan sistem komunikasi memiliki jangkauan luas (melalui GEO), latensi rendah (melalui LEO), dan kapasitas seimbang (melalui MEO). Pendekatan ini memberikan fleksibilitas dan redundansi yang lebih tinggi dibanding sistem tunggal, sekaligus mendukung berbagai aplikasi modern seperti Internet of Things (IoT), komunikasi darurat, dan konektivitas di wilayah terpencil [4].
Namun, kompleksitas sistem multi-orbit membawa tantangan tersendiri, terutama dalam perancangan dan analisis performa tautan komunikasi. Setiap orbit memiliki karakteristik propagasi sinyal yang berbeda, sehingga diperlukan metode perhitungan yang akurat untuk memastikan sinyal yang dikirim dari satu titik dapat diterima dengan kualitas yang memadai di titik lainnya. Di sinilah konsep anggaran tautan (link budget) menjadi komponen fundamental.
- Secara sederhana, link budget merupakan perhitungan neraca daya dari sinyal yang dikirim hingga diterima. Prinsip ini dapat dianalogikan seperti seseorang yang berteriak di lapangan luas:
Seberapa keras seseorang berteriak melambangkan daya pancar (transmit power). - Jarak antara pengirim dan penerima menggambarkan rugi propagasi di ruang bebas (free-space path loss).
- Penggunaan corong atau pengeras suara menggambarkan penguatan antena (antenna gain).
- Kebisingan di sekitar mencerminkan gangguan dan derau (noise) dalam sistem komunikasi.
Tujuan utama dari perhitungan link budget adalah memastikan bahwa daya sinyal yang diterima tetap lebih tinggi dari batas sensitivitas penerima agar komunikasi dapat berjalan stabil dan andal. Dalam konteks sistem satelit, perhitungan ini juga harus mempertimbangkan faktor-faktor eksternal seperti redaman atmosfer, redaman hujan (rain fade), rugi kabel, serta variasi lingkungan yang dapat berubah terhadap waktu.
Hasil dari perhitungan ini disebut margin tautan (fade margin) yaitu selisih antara daya sinyal yang diterima dengan daya minimum yang diperlukan agar sistem tetap berfungsi dengan baik. Semakin besar margin yang tersedia, semakin besar pula ketahanan sistem terhadap gangguan cuaca, fluktuasi sinyal, dan perubahan kondisi operasional. Oleh karena itu, analisis link budget tidak hanya berfungsi sebagai alat evaluasi teknis, tetapi juga sebagai parameter utama dalam desain, optimasi, dan pemeliharaan sistem komunikasi satelit [7][8].
Selain aspek daya, pemilihan skema modulasi digital turut memengaruhi hasil perhitungan link budget. Teknik modulasi seperti Phase Shift Keying (PSK), Quadrature Amplitude Modulation (QAM), hingga Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) memiliki karakteristik berbeda dalam hal efisiensi daya, kebutuhan bandwidth, dan ketahanan terhadap derau [5][6]. Dalam sistem multi-orbit, pemilihan modulasi yang sesuai menjadi penting untuk menyeimbangkan antara kapasitas data dan keandalan transmisi.
Namun, sebagian besar penelitian sebelumnya masih berfokus pada analisis link budget statis untuk sistem satu orbit (LEO, MEO, atau GEO) tanpa meninjau sensitivitasnya terhadap variasi modulasi dan kondisi dinamis jaringan multi-orbit [2][9]. Padahal, komunikasi antar-satelit dalam sistem multi-orbit menuntut penyesuaian daya dan modulasi yang adaptif terhadap perubahan jarak dan karakteristik propagasi sinyal di setiap orbit.
Oleh karena itu, penelitian ini berupaya menganalisis sensitivitas link budget terhadap berbagai skema modulasi digital pada konfigurasi sistem komunikasi satelit multi-orbit. Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang lebih komprehensif mengenai hubungan antara daya transmisi, efisiensi spektrum, dan margin tautan dalam berbagai kondisi orbit. Hasil kajian ini diharapkan menjadi dasar pengembangan sistem komunikasi satelit yang lebih tangguh, efisien, dan adaptif terhadap tantangan lingkungan luar angkasa [11].
memancarkan dan menerima sinyal lalu lintas dari dan menuju satelit. Segmen ini juga menjadi antarmuka utama dengan jaringan terestrial [4].
2. Materi dan Metode
Pembahasan dimulai dari suatu kasus khusus, yaitu hubungan komunikasi antara stasiun bumi dan satelit GEO. Aspek-aspek yang dikaji pada bagian ini kemudian dapat diterapkan pada konteks multi-orbit seperti koneksi LEO-MEO, LEO-GEO, maupun MEO-GEO.
Efisiensi komunikasi satelit sangat bergantung pada perencanaan serta optimalisasi link budget. Analisis ini merupakan kajian mendalam terhadap berbagai faktor kehilangan dan penguatan sinyal yang terjadi selama proses transmisi dari sumber hingga penerima, sehingga memungkinkan penilaian terhadap kinerja sistem secara menyeluruh.
2.1 Link Budget
Link Budget merupakan perhitungan neraca daya sinyal dalam suatu sistem komunikasi, mulai dari sinyal dikirim oleh pemancar hingga diterima oleh penerima. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar daya sinyal yang hilang selama proses transmisi dan memastikan bahwa sinyal yang diterima masih cukup kuat untuk diproses dengan baik oleh perangkat penerima.
Secara sederhana, link budget dapat dianalogikan seperti ketika seseorang berteriak dari kejauhan.
- Daya pemancar diibaratkan sebagai seberapa keras seseorang berteriak.
- Rugi propagasi di ruang bebas menggambarkan seberapa jauh jarak antara orang yang berteriak dengan pendengar. Semakin jauh jaraknya, maka suara akan semakin lemah.
- Gain antena seperti penggunaan corong atau pengeras suara untuk memperkuat arah dan jangkauan suara.
- Sementara itu, SNR (Signal-to-Noise Ratio) dan noise menggambarkan seberapa jelas suara tersebut dapat terdengar dibandingkan dengan kebisingan di sekitar.
2.2 Kategori Parameter Link Budget
Parameter-parameter yang berpengaruh dalam perhitungan link budget dapat dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu:
- Parameter Emisi (Transmitter): meliputi daya pancar, rugi penguat, rugi feeder, rugi radome, dan gain antena pemancar.
- Parameter Link (Propagasi): meliputi rugi lintasan ruang bebas, redaman atmosfer (hujan, gas, awan), serta rugi interferensi dan polarisasi.
- Parameter Penerimaan (Receiver): meliputi gain antena penerima, rugi sistem, rasio G/T, serta suhu sistem penerimaan.
2.1.1 Parameter Emisi (Pemancar Pico-Satelit atau Stasiun Bumi)
Parameter emisi mencakup karakteristik sistem yang berhubungan dengan daya pancar sinyal dari pemancar. Salah satu parameter paling penting adalah Effective Isotropic Radiated Power (EIRP), yang menggambarkan daya yang harus dipancarkan oleh antena isotropik ideal untuk menghasilkan kerapatan daya yang sama dengan antena aktual pada arah tertentu menuju pico-satelit.
EIRP mencakup informasi menyeluruh tentang performa sistem radio di bagian pemancar dan bergantung pada daya keluaran penguat daya (PTxHPA), rugi back-off penguat (OBOTxHPA), rugi kabel dan feeder (LTxFeeder), rugi tambahan lainnya (LTxOther), rugi pada pelindung antena (LRadome), serta gain antena pemancar (GTx). Persamaan umumnya ditulis sebagai:
2.1.2 Parameter Link (Propagasi)
Parameter link menggambarkan rugi-rugi yang terjadi selama proses propagasi sinyal antara pemancar dan penerima. Faktor utama yang mempengaruhi rugi propagasi adalah jarak antara pico-satelit dan stasiun bumi, serta kondisi atmosfer yang dilalui sinyal.
Rugi terbesar biasanya berasal dari Free Space Path Loss (FSPL), yaitu rugi daya yang terjadi di ruang bebas tanpa halangan, yang dirumuskan sebagai:
Selain rugi ruang bebas, propagasi sinyal juga dipengaruhi oleh kondisi atmosfer seperti hujan, gas, dan awan. Ketiganya memberikan redaman tambahan yang signifikan terutama pada frekuensi tinggi.
2.1.3 Parameter Penerimaan (Receiver)
Pada sistem komunikasi pico-satelit, parameter penerimaan (receiver) berperan sangat penting karena menentukan seberapa efektif sinyal yang diterima dari stasiun bumi atau satelit lain dapat diproses tanpa mengalami degradasi kualitas.Karena pico-satelit memiliki daya rendah, ukuran antena kecil, serta keterbatasan sumber energi, desain sistem penerimaan harus sangat efisien agar tetap mampu mendeteksi sinyal lemah dari jarak jauh.
Parameter utama penerimaan meliputi:
1. Gain Antena Penerima
Gain antena penerima menunjukkan kemampuan antena pico-satelit untuk memfokuskan energi sinyal dari arah tertentu. Semakin besar gain, semakin tinggi kemampuan antena untuk memperkuat sinyal masuk. Namun, karena pico-satelit berukuran kecil, antenanya biasanya berupa patch antenna atau helical miniatur, sehingga gain-nya terbatas (umumnya 3–8 dBi).
Rumus gain antena secara umum:
2. Rugi Sistem Penerima
Rugi sistem menggambarkan penurunan daya sinyal akibat faktor non-ideal di jalur penerimaan, seperti:
- rugi kabel dan konektor,
- rugi akibat mismatch impedansi,
- rugi filter dan LNA (Low Noise Amplifier).
Nilai rugi sistem ini biasanya dinyatakan dalam desibel (dB), dan totalnya dikurangkan dari daya sinyal yang diterima.
Rumus umum daya efektif di input sistem penerima adalah:
3. Rasio G/T (Gain-to-Noise Temperature Ratio)
Rasio G/T adalah parameter yang menggambarkan kepekaan sistem penerimaan pico-satelit terhadap sinyal lemah.
Semakin tinggi nilai G/T, semakin baik kemampuan pico-satelit dalam menerima sinyal yang lemah dengan rasio sinyal terhadap noise (SNR) yang masih memadai.
Rumusnya adalah:
4. Suhu Sistem Penerimaan
Suhu sistem merupakan gabungan dari berbagai sumber noise dalam sistem penerimaan pico-satelit, termasuk:
Karena pico-satelit beroperasi di ruang angkasa yang memiliki suhu lingkungan rendah namun radiasi tinggi, pengendalian suhu elektronik dan LNA
Semakin rendah Tsys, semakin besar G/T, dan semakin sensitif sistem penerimaan terhadap sinyal lemah.
2.3 Analogi Teriakan di Lapangan untuk Memahami Link Budget Satelit
Teriak kencang = Tx Power besar
Bayangkan kamu berteriak dari seberang lapangan. Kalau suaramu keras, orang di seberang akan lebih mudah mendengar. Ini sama dengan satelit atau stasiun bumi yang memancarkan sinyal dengan daya besar. Semakin tinggi daya pancar (Tx power), semakin besar peluang sinyal bisa diterima dengan baik.
Pakai pengeras suara = Antenna Gain besar
Kalau kamu menambahkan pengeras suara, suaramu bisa diarahkan dan dipusatkan sehingga jangkauannya lebih jauh. Pengeras suara tidak menambah jumlah suara, tapi membuatnya lebih terfokus. Hal ini sama dengan antena yang punya gain tinggi: bukan menambah daya, tapi memfokuskan energi ke arah tertentu agar penerima bisa menangkap sinyal lebih kuat.
Jarak makin jauh, suara makin kecil = Free Space Path Loss (FSPL)
Semakin jauh jarakmu dengan pendengar, suaramu akan semakin pelan terdengar. Inilah gambaran dari FSPL, yaitu rugi daya sinyal akibat menyebar di ruang bebas. Jadi, semakin jauh jarak satelit dengan penerima di bumi, semakin besar rugi daya sinyal yang terjadi.
Angin kencang atau kebisingan = Noise dan gangguan
Jika di lapangan ada angin kencang atau suara bising dari sekitar, maka pendengar akan kesulitan menangkap suara kamu. Ini sama seperti adanya noise dalam sistem komunikasi satelit, entah karena cuaca (misalnya hujan, awan tebal), interferensi dari sistem lain, atau kelemahan perangkat itu sendiri.
Masih terdengar jelas = Fade Margin cukup
Kalau meskipun ada jarak jauh, kebisingan, dan hambatan lain suara kamu tetap bisa terdengar dengan baik, artinya ada cadangan “fade margin”. Fade margin adalah selisih antara kekuatan sinyal yang diterima dengan ambang batas minimum agar komunikasi tetap bisa dilakukan. Jika margin besar, komunikasi tetap lancar meski ada gangguan. Jika margin kecil, sedikit saja gangguan bisa membuat komunikasi terputus.
2.4 Pentingnya Link Budget dalam Menentukan Keberhasilan Komunikasi Satelit
- Mengapa kecil margin → putus-putus
- Fluktuasi sinyal: kondisi atmosfer dan hujan menyebabkan tambahan rugi yang bersifat acak/time-varying. Jika margin hanya beberapa dB, bahkan hujan ringan atau sedikit mispointing akan menurunkan sinyal di bawah ambang
- Efek non-linearitas: ketika sinyal dekat ambang, receiver dan demodulator bekerja di daerah sensitif, bit error meningkat tajam.
- Interference & fading: interferer sementara atau multipath akan membuat SNR turun lokal. Tanpa margin yang cukup, link langsung terpengaruh.
- Perubahan kondisi operasional: aging komponen, penurunan gain antena karena kotoran/offset, atau penempatan baru, semua ini mengurangi link; margin kecil tidak menoleransi penurunan kecil tersebut.
- Ketika margin besar
Komunikasi stabil walau ada gangguan cuaca, pointing antena meleset sedikit, atau ada rugi tambahan. Link budget penting karena menentukan apakah komunikasi satelit bisa berjalan dengan baik. Jika margin besar, komunikasi tetap stabil walau ada gangguan seperti hujan, pointing antena sedikit meleset, atau rugi tambahan pada sistem. Hal ini karena masih ada cadangan daya sinyal di atas ambang minimum, sehingga gangguan tidak langsung memutus komunikasi. Sebaliknya, margin kecil membuat sistem lebih rentan dan mudah terputus.
4. Analisis
Analisis link budget antara Ground Control Station (GCS) dan picosatelit merupakan aspek fundamental dalam menjamin keberhasilan komunikasi dua arah yang andal. Setiap parameter dalam link budget seperti daya pancar, path loss, antenna gain, noise figure, serta margin sistem memiliki peran penting dalam menentukan kualitas sinyal yang diterima. Oleh karena itu, pemilihan skema modulasi digital yang tepat menjadi kunci utama untuk menjaga efisiensi daya serta kestabilan transmisi data dalam kondisi kanal propagasi ruang bebas yang dinamis.
Hasil analisis menunjukkan bahwa modulasi Phase Shift Keying (PSK), khususnya BPSK dan QPSK, memberikan performa paling stabil untuk sistem komunikasi GCS–picosatelit. Modulasi ini mampu mempertahankan rasio sinyal terhadap derau (Signal-to-Noise Ratio, SNR) pada tingkat yang memadai meskipun dengan daya pancar rendah dan jarak transmisi yang jauh. Keunggulan utama PSK terletak pada ketahanannya terhadap derau serta kesederhanaan implementasinya, yang sesuai dengan keterbatasan daya dan ukuran antena pada picosatelit. Namun, efisiensi spektral modulasi ini relatif rendah karena jumlah bit per simbol yang terbatas, sehingga kurang optimal untuk transmisi data berkecepatan tinggi.
Sementara itu, Differential Phase Shift Keying (DPSK) menawarkan ketahanan tambahan terhadap fading dan variasi fase tanpa memerlukan sinkronisasi fase yang kompleks. Hal ini menjadikan DPSK unggul pada komunikasi dengan variasi propagasi tinggi, seperti saat picosatelit mengalami perubahan orientasi orbit atau pergeseran Doppler akibat pergerakan relatif terhadap GCS. Berdasarkan hasil simulasi, DPSK menunjukkan margin tautan tertinggi dengan coding gain yang signifikan, menjadikannya kandidat ideal untuk misi picosatelit yang menekankan stabilitas komunikasi daripada kapasitas data tinggi.
Pada sisi lain, Quadrature Amplitude Modulation (QAM) menawarkan efisiensi spektral yang lebih tinggi karena mampu mentransmisikan lebih banyak bit per simbol. Namun, peningkatan ini mengorbankan ketahanan terhadap derau dan redaman atmosfer. Dalam sistem komunikasi GCS–picosatelit, modulasi QAM membutuhkan rasio Eb/No yang lebih tinggi untuk mempertahankan tingkat kesalahan bit (Bit Error Rate, BER) di bawah ambang batas yang dapat diterima. Oleh karena itu, QAM lebih sesuai untuk downlink berdaya tinggi dengan antena GCS yang memiliki gain besar dan sistem tracking yang presisi.
Selain itu, Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) menjadi alternatif yang menjanjikan dalam komunikasi satelit modern. OFDM menawarkan efisiensi spektral tinggi dan ketahanan terhadap multipath fading serta efek Doppler, yang sering terjadi pada komunikasi dengan satelit bergerak cepat. Dengan membagi kanal menjadi beberapa subpembawa orthogonal, OFDM dapat menjaga kestabilan transmisi bahkan dalam kondisi kanal yang berubah cepat. Meski demikian, kompleksitas sistem dan kebutuhan sinkronisasi frekuensi yang ketat menjadi tantangan dalam implementasinya pada picosatelit dengan sumber daya terbatas.
Untuk meningkatkan margin link budget, penerapan kode koreksi kesalahan (Error Correction Code, ECC) memberikan pengaruh yang signifikan. Berdasarkan pengujian terhadap modulasi 16DPSK pada BER 1×10⁻⁶, penggunaan hard convolutional code menghasilkan coding gain sebesar 3,2 dB, sedangkan Low-Density Parity-Check (LDPC) code memberikan peningkatan hingga 6,5 dB. Reed-Solomon code dan Golay code masing-masing memberikan peningkatan sebesar 4,7 dB dan 2,9 dB. Peningkatan ini memperluas margin tautan dan menjamin komunikasi yang andal antara GCS dan picosatelit, meskipun dengan daya pancar serta ukuran antena yang terbatas.
Dalam konteks komunikasi Low Earth Orbit (LEO), efek Doppler dan variasi kanal propagasi berperan penting terhadap kestabilan sinyal. Modulasi DPSK terbukti lebih unggul pada kondisi kanal yang berubah cepat, sementara OFDM menjadi pilihan optimal ketika kontrol Doppler dapat dilakukan secara adaptif. Dengan mengintegrasikan teknik pengkodean seperti LDPC atau Reed-Solomon, sistem GCS–picosatelit dapat mencapai efisiensi transmisi yang tinggi sekaligus mempertahankan keandalan dengan margin daya yang terbatas.
Hasil penelitian ini konsisten dengan studi-studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa sistem satelit berdaya rendah seperti CubeSat dan picosatelit cenderung optimal menggunakan modulasi berorde rendah (BPSK, QPSK, DPSK) dengan pengkodean koreksi kesalahan. Kombinasi ini mampu menjaga margin tautan positif dan memastikan komunikasi yang stabil meskipun dihadapkan pada redaman atmosfer, fading, dan perubahan posisi yang cepat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perancangan link budget pada sistem komunikasi GCS–picosatelit harus mempertimbangkan keseimbangan antara efisiensi spektral, kompleksitas sistem, dan ketahanan terhadap derau. Pemilihan skema modulasi dan teknik pengkodean yang tepat dapat meningkatkan keandalan komunikasi, memperluas jangkauan operasional, dan mengoptimalkan efisiensi daya dalam sistem komunikasi satelit berskala kecil.
Tabel 1 Perbandingan antara berbagai penelitian yang ada.

Dalam makalah ini telah dibahas analisis dan perancangan link budget pada sistem komunikasi antara Ground Control Station (GCS) dan Picosatelit. Kajian ini menyoroti sensitivitas daya terima terhadap berbagai parameter teknis serta pengaruh skema modulasi digital terhadap kinerja keseluruhan sistem komunikasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pemilihan skema modulasi yang tepat, seperti BPSK atau DPSK, dapat memberikan keseimbangan optimal antara efisiensi daya dan ketahanan terhadap derau. Hal ini sangat penting mengingat keterbatasan sumber energi dan daya pancar pada sistem picosatelit. Selain itu, penerapan kode koreksi kesalahan (error correction code) seperti Low-Density Parity-Check (LDPC) terbukti mampu meningkatkan margin daya tautan serta keandalan transmisi data dalam kondisi propagasi ruang bebas yang dinamis.
Optimalisasi parameter tautan, termasuk daya pancar, antenna gain, dan path loss, juga berperan penting dalam menjaga kualitas komunikasi antara GCS dan picosatelit. Perencanaan yang matang serta analisis menyeluruh terhadap seluruh komponen sistem baik pada sisi pemancar maupun penerima menjadi kunci utama untuk memastikan performa komunikasi yang stabil, efisien, dan hemat energi.
Ke depannya, penelitian ini dapat dikembangkan dengan menerapkan link budget dinamis guna mendukung operasi konstelasi picosatelit serta integrasinya dengan jaringan terestrial seperti 5G Non-Terrestrial Network (NTN). Pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas, efisiensi, dan keandalan sistem komunikasi satelit di masa mendatang.
Referensi
- Kang, M.; Park, S.; Lee, Y. Survei Keamanan Sistem Komunikasi Satelit. Sensor 2024 , 24 , 2897. [ Google Scholar ] [ CrossRef ] [ PubMed ]
- Höyhtyä, M.; Anttonen, A.; Majanen, M.; Yastrebova-Castillo, A.; Varga, M.; Lodigiani, L.; Corici, M.; Zope, H. Sistem Komunikasi Satelit Multi-Lapisan untuk Ketersediaan dan Ketahanan Ultra-Tinggi. Electronics 2024 , 13 , 1269. [ Google Scholar ] [ CrossRef ]
- Gopal, R. Arsitektur Konvergen untuk Komunikasi Satelit Multi-Orbit. Dalam Prosiding Konferensi Sistem Satelit Komunikasi Internasional AIAA ke-35, Institut Aeronautika dan Astronautika Amerika, Trieste, Italia, 16–19 Oktober 2017. [ Google Scholar ]
- Marey, M.; Mostafa, H. Metode Kesadaran Modulasi untuk Transmisi Kooperatif Dual-Hop melalui Kanal Selektif Frekuensi. Sensors 2022 , 22 , 5441. [ Google Scholar ] [ CrossRef ] [ PubMed ]
- Chen, Q.; Wang, Z.; Pedersen, GF; Shen, M. Pra-Distorsi Digital Satelit-Pemancar dan Penerima Darat Gabungan untuk Susunan Fase Aktif dalam Komunikasi Satelit LEO. Remote Sens. 2022 , 14 , 4319. [ Google Scholar ] [ CrossRef ]