Halo sobat mengangkasa! Apakah kamu tahu kalau NASA memprediksi bahwa matahari akan mengalami hibernasi? Apa pengaruhnya terhadap bumi jika hal itu benar benar terjadi? Yuk simak penjelasannya dibawah ini!
Matahari memiliki satu siklus tertentu, periodenya berlangsung sekitar 11 tahun, intensitasnya dapat bervariasi secara dramatis, dan medan magnet kutubnya membalik polaritas. Sunspot atau bintik matahari adalah indikator perubahan ini. Hal ini dikenal sebagai the sunspot cycle atau siklus bintik matahari.
Dalam satu siklus, jumlah dari sunspots akan berubah ubah, dari rendah ke tinggi dan kembali lagi ke rendah. Solar Minimum adalah fenomena ketika jumlah sunspots rendah dan Solar Maksimum adalah fenomena ketika jumlah sunspots tinggi. Dalam siklus tersebut lokasi sunspots juga berubah, mereka berada di garis lintang tengah saat solar maksimum dan lebih dekat ke garis khatulistiwa saat solar minimum.
Gambar 1 – Perbedaan Solar Minimum dengan Solar Maksimum
Perhitungan sunspots siklus pertama dimulai oleh seorang astronom asal Swiss bernama Rudolf Wolf pada Februari 1755 sampai Juni 1766. Perhitungan itu disebut Wolf Number yang masih dipakai hingga sekarang. Saat ini kita berada di siklus 25.
Jumlah sunspots sangat penting karena sunspots adalah penanda di mana medan magnet kuat muncul dari interior matahari. Medan magnet ini menggerakkan suar matahari dan lontaran massa korona, yang dapat memengaruhi Bumi dan objek lain di tata surya. Peristiwa suar matahari yang kuat dan lontaran massa korona yang kemungkinan besar terjadi di sekitar waktu maksimum matahari, dapat mengganggu teknologi modern.
Tetapi terkadang, sunspots benar benar tidak terlihat dan hal itu terjadi selama 80 hari dari enam bulan pertama the sunspot cycle saat ini, yang dimulai Desember 2019. Pada periode yang sama di Siklus 24, ada 281 hari tanpa sunspots. Bahkan pada periode 1645 – 1715 jumlah sunspots benar-benar dapat dihitung dengan dua tangan. Periode itu dinamai The Maunder Minimum, yang merupakan bagian terdingin dari “Zaman Es Kecil” pada tahun 1500-1850. Keterkaitan antara aktivitas sunspots yang rendah dengan pendinginan suhu masih belum ditetapkan, namun berlangsungnya Maunder Minimum bersamaan dengan puncak Zaman Es Kecil mungkin menunjukkan korelasi bahwa matahari dapat mempengaruhi iklim di bumi bahkan dengan sedikit fluktuasi.
Gambar 2 – Grafik rata-rata sunspots
Namun pada tahun 2020 Siklus 25 memiliki bintik matahari 80% lebih banyak secara keseluruhan daripada periode yang setara untuk Siklus 24, menunjukkan bahwa siklus saat ini sebenarnya mungkin lebih kuat, bukan lebih lemah. Panel Prediksi Siklus 25 Surya Internasional mengatakan pada September 2020 mereka memperkirakan Siklus 25 akan sekuat Siklus 24 dan sampai sekarang konsensusnya masih sama. Prediksi ini didasarkan pada smoothed sunspot number selama 13 bulan, yaitu metode statistik untuk menghitung bintik matahari. Wakil ketua Panel Prediksi Siklus 25 Surya Internasional, Doug Biesecker mengatakan “Dibutuhkan waktu hingga tiga tahun setelah siklus dimulai sebelum kita dapat mengatakan dengan yakin apakah prediksi itu masih valid.”
Sekian untuk artikel kali ini, semoga bermanfaat bagi sobat mengangkasa. Sampai jumpa di artikel berikutnya !
Oleh :
Kanya Azzahra
S1 Teknik Telekomunikasi 2019
#SalamMengangkasa
Referensi :
https://www.space.com/is-our-sun-going-into-hibernation
https://www.science.org.au/curious/video/sunspot-cycle